Kamis, 23 Mei 2013

Memancarkan Kecantikan Sejati, Tak Pupus Dimakan Usia

Nuzulul Hidayah
Cantik. Kata yang begitu digemari perempuan. Sangat diidam-idamkan bahkan diperjuangkan. Keinginan untuk menjadi seperti yang dimaknai dalam kata ini bahkan telah sangat dipahami oleh anak kecil sekalipun.
Seperti seorang anak berusia empat tahun yang sangat gemar membolak-balikkan katalog produk kecantikan internasional. Jemarinya begitu lincah membuka lembar demi lembar buku kecil tersebut. Sementara matanya tak lepas mengamati berbagai produk kecantikan beraneka warna di hadapannya. Dengan bangga, ia menunjuk beberapa jenis produk yang terpampang dan mengatakan bahwa produk tersebut adalah miliknya. “Nanti, aku cantik sepelti ini ya Ummi?” tanyanya sambil menunjuk foto model berambut pirang panjang di halaman tersebut. Sang Ummi pun hanya tersenyum sambil mengatakan bahwa buah hatinya itu juga cantik.
Cantik, mungkin secara naluriah sudah dimiliki seorang perempuan sedari kecil. Semua perempuan dengan adat dan lingkungan pun memiliki definisi berbeda dengan bentuk fisik yang disebut cantik. Bagi orang-orang Eropa dan Amerika, mungkin “cantik” adalah sematan kata untuk perempuan yang bertubuh ramping, berkulit putih, dan memiliki tinggi ideal. Sementara cantik, menurut suku asli di Papua adalah perempuan dengan perut yang buncit karena identik dengan kesuburan.
…Kecantikan jiwa atau kecantikan ruhiyah ini hanya akan kita dapatkan dari ketundukan kita pada tuntunan Allah Rabbul Izzati dan akhlak mulia…
Lain lagi dengan suku Dayak di Kalimantan, perempuan yang cantik bagi mereka adalah yang memiliki lubang telinga panjang karena diganduli oleh bergelang-gelang hiasan telinga. Entah bagaimana dengan definisi suku-suku lain di berbagai benua. Cantik versi kita pun berbeda-beda. Yang berkulit sawo matang terlihat lebih manis atau yang berhidung bangir lebih cantik terlihat daripada yang mancung dalam ukuran besar.
Allah SWT memang Mahaindah dan Mahaadil. Dia ciptakan kita dengan berbagai jenis dan suku bangsa lengkap dengan kondisi alamnya masing-masing sehingga terciptalah keunikan-keunikan tersendiri. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 21:
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Sehingga, manusia dari bangsa apapun yang diciptakan Allah SWT tetaplah penciptaan yang sempurna. Bila pun kemudian ada manusia yang lahir dengan keadaan cacat sekalipun, Allah SWT tetap menyempurnakan penciptaannya tersebut dengan kelebihan yang tak dimiliki oleh orang normal.
Kecantikan yang terpancar dari Hati
Kembali ke masalah cantik, berangkat dari keunikan dan kesempurnaan penciptaan Allah SWT tersebut, tentu tak ada orang bahkan produsen kosmetik kelas dunia sekalipun yang berhak mengklaim definisi cantik. Bila selama ini yang dikatakan cantik oleh iklan-iklan kosmetik, makanan diet, atau minuman kebugaran adalah mereka yang bertubuh langsing, berkulit putih, dan rambut terurai; maka dapat dipastikan itu adalah penyesatan opini. Karena, tiap daerah, dengan keunikannya dan lingkungannya pasti memiliki definisi tersendiri tentang cantik. Bahkan, kita sebagai seorang Muslimah pun memiliki definisi hakiki tentang kata cantik.
…Cantik itu tak sekedar tampilan luar tetapi bagaimana seorang perempuan memiliki kecantikan di dalam hatinya alias innerbeauty…
Yang lebih penting lagi, cantik tentu tak sekedar tampilan luar tetapi bagaimana seorang perempuan memiliki kecantikan di dalam hatinya. Di dalam jiwanya. Innerbeauty, begitulah bahasa kerennya. Kecantikan yang berasal dari hati. Kecantikan yang akan terus merekah meski jasad kita telah menua bahkan mati. Alangkah ruginya, bila kita memperjuangkan kata cantik versi banyak orang. Karena, selain cantik memiliki pengertian yang berbeda di setiap daerah, cantik sebatas tampilan jasmaniah hanya akan membuat kita terperosok pada keinginan untuk selalu mempercantik diri hingga membuat  kita  menjadi “langganan” pabrik kosmetik. Kecantikan jasmani tentu akan terus berkurang seiring dengan perjalanan waktu.
Sekarang yang menjadi soal adalah bagaimana kita dapat mempercantik jiwa kita. Kecantikan jiwa atau kecantikan ruhiyah ini hanya akan kita dapatkan dari ketundukan kita pada tuntunan Allah Rabbul Izzati dan akhlak mulia yang kita lakukan. Menjaga diri dengan menutup aurat sesuai sabda Rasulullah SAW (kecuali muka dan telapak tangan yang boleh terlihat, tidak tembus pandang, dan tidak ketat), taat beribadah, menjaga lisan, berbaik-sangka dan cerdas memilih tindakan, lemah-lembut, sopan, peka terhadap penderitaan orang lain, serta berbagai sikap yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw beserta para perempuan Mu’min di jaman Rasul. Itulah, definisi hakiki kecantikan sejati seorang Muslimah. Sehingga, kecantikan tak hanya akan menjadi penghias wajah belaka tetapi juga pancaran dari hati yang tunduk pada titah Ilahi dan membawa kebaikan bagi kehidupan sesama manusia. [Kartika]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar